Munculnya beberapa film animasi 3D produk lokal seakan membuka mata kita pada perkembangan bisnis film animasi di tanah air. Indikasi terbukanya peluang animator lokal dalam kancah dunia peranimasian Indonesia?
Membuat film animasi 3D bukanlah pekerjaan yang mudah.
Membuat ikian televisi berdurasi 30 detik saja bisa memakan waktu 2-3 minggu.
Tidak heran jika Pixar menghabiskan waktu hingga 4 tahun untuk pembuatan
animasi Toy Story.
Animator harus bersusah payah hanya untuk menghasilkan
2 detik gerakan perhari. Proses animasi menjadi lebih sulit karena seorang
character/tokoh dalam film harus dianimasikan oleh sebuah tim yang beranggotakan
lebih dari 5 orang. Memastikan konsistensi gerakan dan akting karakter seperti
Yoda (Star Wars) atau Gollum (LOTR) dalam keseluruhan film, adalah sebuah
tantangan tersendiri yang harus dijawab oleh tim animasi yang bersangkutan.
Tidak heran perusa- haan animasi atau Visual Effects seperti Pixar (The
Incredibles), ILM (Star Wars) dan WETA (Lords of The Ring) bisa mempekerjakan
karyawan dari 600 hingga 1500 orang. Dengan kata lain, membuat film animasi
adalah pekerjaan yang padat modal, waktu dan karya.
Peluang
Bagaimana peluang bagi animator lokal Indonesia untuk
dapat terlibat dalam pembuatan animasi layar lebar? Sejauh ini Animator lokal
baru menghasilkan "Janus Prajurit Terakhir" yang memadukan live
action dengan animasi dan "Homeland". Keduanya belum mendapat cukup
sambutan dari masyarakat luas. Apakah ini berarti para animator Indonesia belum
siap menghasilkan sebuah film animasi layar lebar? "Tidak!", menurut
para praktisi bidang animasi di Indonesia. "Banyak yang berpikir bahwa
masalah terbesar animasi Indonesia adalah keterbatasan kemampuan para animatornya.
Sebenarnya masalah terbesarnya adalah keterbatasan modal", kata Chandra
Endroputro, sutradara yang telah menghasilkan film Janus Prajurit terakhir.
Homeland movie |
Keterbatasan modal inilah yang juga dialami oleh Studio Kasatmata. Menurut Kelik Wicaksono, animator dan salah seorang pendiri Studio Kasatmata, permasalahan inilah yang menjadi alasan mengapa Studio Kasatmata belum berencana membuat proyek film animasi layar lebar kedua, setelah "Homeland"
Namun, lepas dari masalah keterbatasan dana tersebut,
Jindol, rekan Chandra yang juga ikut terlibat dalam "Janus"
menambahkan, "Jika ada kesempatan dan tantangan yang sama bagi animator Indonesia
seperti animator di negara yg sudah maju industri animasinya, saya percaya
bahwa kita juga mampu ikut berkiprah dan nantinya bersaing dengan mereka". Tampaknya kesempatan yang diidamkan Jindol dan Chandra
semakin dekat diraih dengan hadirnya Infinite Frameworks Studios di Batam.
Infinite Frameworks Studios |
Studio Animasi yang terletak di Turi Beach Resort (www.turibeach.com)
ini merupakan Fir- Animation Resort di Asia yang dilengkapi oleh State of The
Art Equipment dari HP dan software support dari Avid (Softimage XSI). HP telah
digunakan oleh studio animasi Hollywood seperti Dreamworks dan Softimage Xsi
telah digunakan dalam film-film seperti Starwars II, Spy Kids dan Sin City.
Saat ini Infinite Framework- Studios tengah membuat film animasi layar lebar
berskala international.
Infinite Frameworks movie |
Melihat upaya yang dilakukan Infinite Frameworks
Studios dan Studio Kasat mata, jadi, rasanya terlalu dini mengatakan kalau
peluang para animator lokal untuk terlibat dalam pembuatan animasi layar lebar
atau televisi sangat kecil. Jadi, asah terus bakat dan kemampuan, dan sambut
peluang di depan mata.
No comments:
Post a Comment